Nyepi Tahun Baru Saka 1945
Segenap Keluarga Besar KPU Kabupaten Jembrana, Mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 "Semoga suasana yang hening ini dapat dijadikan momen Mulat Sarira" Hari Raya Nyepi adalah salah satu momen penting bagi umat Hindu dalam memperingati Tahun Baru Saka, sebuah sistem penanggalan Saliwahana dari India. Hari-hari menjelang Nyepi dimaknai sebagai waktu yang paling suci untuk melakukan pemujaan atau ritual penghormatan bagi dewa dan leluhur mereka. Selama masa itu, umat Hindu melakukan rangkaian upacara mulai dari Melasti, Tawur Agung Kesanga, hingga Pengerupukan. Rangkaian Nyepi Hari Suci Bagi Umat Hindu Melasti disebut juga “Melis” atau “Mekiyis” di Bali. Berpakaian serba putih, umat Hindu setempat bakal membawa ratusan Pratima dan Pralingga—sebuah wadah atau media berbentuk manusia dan binatang untuk mengadakan hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi—turun ke pantai. Percikan air laut (tirta amarta) dipercaya dapat menambah kesucian Pratima dan Pralingga tersebut. Setelah Melasti, ada Tawur Agung Kesanga yang bertujuan untuk membersihkan Bhuana Agung (alam semesta) serta Bhuana Alit (manusia, hewan, dan tumbuhan) berdasarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan manusia lainnya. Tawur Agung Kesanga sejatinya dilakukan di candi atau tempat lapang lain, tetapi ada pula umat Hindu yang menerapkan dalam skala kecil di rumah-rumah dengan nama upacara Mecaru. Pada malam setelah Tawur Agung Kesanga terlaksana, umat Hindu akan membakar sebuah seni patung raksasa dari bambu dan kertas alias “ogoh-ogoh”, visualisasi elemen buruk (semacam roh jahat atau kegelapan) yang harus dihancurkan oleh umat manusia. Patung itu memiliki perawakan yang menakutkan untuk menggambarkan segala keburukan yang ada di dunia. Ogoh-ogoh lantas diarak keliling desa dengan iringan obor, tarian tradisional, hingga musik dari gamelan baleganjur. Usai rangkaian upacara khidmat dan meriah berakhir, umat Hindu pun memasuki inti dari Hari Raya Nyepi itu sendiri. Sesuai namanya, Nyepi berasal dari kata “sepi”, sunyi dan lengang. Mereka menunaikan puasa dan meditasi selama 24 jam tanpa ada kegiatan apapun. Umat Hindu wajib mengamalkan Catur Brata Penyepian, empat pantangan yang mencakup amati geni (tidak ada api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak ada hiburan).
Selengkapnya